Ulasan Singkat dari Film Spotlight

Spotlight merupakan sebuah film yang mengangkat kisah para wartawan di harian The Boston Globe pada tahun 2001. Spotlight itu sendiri adalah nama dari tim wartawan investigasi pada media massa tertua di Amerika Serikat.

Cerita berawal dari kehadiran Marty Baron (Liev Schreiber), pemimpin redaksi baru di The Boston Globe, yang ingin mengungkap kasus pelecehan seksual yang terjadi pada 80 anak laki-laki di Boston. Pelecehan tersebut diduga dilakukan oleh pastur di gereja katolik, John Geoghan. Usulan ini menjadi sebuah tantangan yang membuat tim Spotlight bersemangat untuk mengungkap kasus tersebut. Upaya penyelidikan menjadi rumit karena pihak gereja katolik menutup-nutupi kasus ini dari publik. Pengadilan juga memutuskan untuk menutup kasus ini dan membiarkannya menguap begitu saja.
Namun, kendala tersebut tidak membuat anggota tim Spotlight lainnya menyerah. Di bawah pimpinan editor Walter Robinson (Michael Keaton), mereka dengan giat mencari saksi atas kasus pelecehan yang telah terjadi. Semua anggota tim Spotlight menunjukkan integritasnya sebagai jurnalis. Hingga kemudian, satu demi satu bukti berhasil mereka dapatkan.

Baron sebagai pimpinan redaksi menginginkan bahwa The Boston Globe sebagai koran lokal, mengangkat kasus pencabulan yang dilakukan oleh Pastur. Bermula ketika beberapa hari sebeumnya ada seorang penulis yang membahas hal tersebut di kolom surat kabar.
Seorang pengacara memiliki bukti bahwa kejadian itu benar-benar ada, dan juga seorang Kardinal juga mengetahui kejadian tersebut.

Ketika semua jurnalis kebingungan dalam menangani kasus tersebut, Baron memberikan gambaran tentang hukum yang ada di Florida, sehingga semuanya dimulai dari pengadilan. Baron selaku pimpinan redaksi berusaha untuk bertemu dengan para pimpinan kota, koordinasi dengan mencari dukungan. Sementara tim yang lainnya bertugas ke pengadilan, menemui pengacara para korban cabul yang sudah mengetahui kasus tersebut, hingga menghubungi seorang peneliti pencabulan yang dilakukan oleh pastur.

Berikut tahapan yang dilakukan oleh Tim Spotlight untuk menggali informasi:
a.   Semua tim membicarakan kasusnya saat itu seperti apa, dan membicarakan langkah apa yang ingin mereka lakukan untuk mengungkap kasus tersebut, dan berharap gereja bisa membuka dokumen-dokumen terkait kepada public.
b.      Menemui dan mewawancara pengacara gereja.
c.       Mengajukan mosi kepada pengadilan agar pengadilan membuka dokumen tersebut untuk public.
d.      Menemui dan melakukan wawancara kepada pengacara korban pelecehan
e.       Mencari data pastur-pastur yang terlibat
f.       Menemui dan mewawancarai beberapa korban untuk menanyakan kronologis kejadian
g.      Setelah data nama-nama pastur yang diduga terlibat terkumpul, mereka mulai mencari dan berusaha menemui pastur-pastur tersebut.
h.      Mengikuti sidang di pengadilan untuk mendapatkan dokumen-dokumen yang ditutup-tutupi selama ini.
i.        Tetap berusaha mencari dokumen dan akhirnya berhasil didapatkan walaupun banyak hambatan.
j.        Pihak Sweeney akhirnya mengabulkan tuntutan mereka dan akhirnya dokumen dibuka untuk umum.
k.      Melakukan diskusi untuk persiapan penaikan artikel.
l.        Artikel diterbitkan agar public mengetahui.
m.    Setelah artikel naik, ternyata makin banyak bermunculan nama-nama korban. Tercatat ada kurang lebih 90 orang pastur yang melakukan pelecehan kepada 1000 anak.

Seorang dari Tim Spotlight juga memainkan trik nya saat ingin mewawancarai narasumber, ia memiliki alibi dan alasan, ia menggunakan komunikasi yang menarik agar si narasumber mau ditemui.

Selama proses investiasi tersebut, tentunya ada hambatan dan kendala yang harus dilalui oleh tim Spotlight. Hambatan atau kendala yang dialami oleh Tim Spotlight yaitu pada awal melakukan peliputan banyak pihak yang harus diwawancarai memilih untuk menutupi kasus tersebut dari media, pengacara korban bahkan sampai ke pengacara gereja juga berusaha menutupi kasus itu dan tidak bersedia untuk diwawancara, tetapi Tim Spotlight tetap melakukan pendekatan agar bisa mendapatkan informasi.

Tidak hanya hambatan dari berbagai saksi, pihak pengadilan pun pada awalnya juga menutupi dokumen-dokumen terkait kasus tersebut dari public sehingga mereka mengalami kesulitan dalam mengumpulkan bukti, tetapi mereka terus melakukan berbagai usaha dan pada akhirnya dokumen tersebut dibuka untuk umum.

Saat peliputan sempat terjadi bencana, sehingga pemberitaan saat itu difokuskan kepada berita bencana yang terjadi. The Globe juga meminta Tim Spotlight untuk menghentikan sementara peliputan investigasi itu, tetapi anggota tim tidak mau dan tetap mengusut kasus tersebut.

Pelanggaran etik yang sempat dilakukan oleh Tim Spotlight yaitu, memberikan sejumlah uang saat meminta dokumen kepada penjaga dokumen-dokumen itu.

Spotlight adalah film yang menunjukkan bagaimana proses kerja jurnalistik yang benar. Pekerjaan jurnalistik adalah mengangkat kebenaran untuk publik. Spotlight juga memperlihatkan bahwa apabila seorang narasumber telah mengutarakan suatu hal, mereka tidak langsung begitu saja percaya. Meskipun informasi yang didapatkan dirasa cukup menarik, tetapi tetap harus dilakukan pengecekan ulang.

Yang menarik dari film ini adalah ketika salah satu tim Spotlight menghubungi salah satu pendeta yang masuk dalam daftar tersangka, ketika mereka bertemu langsung, pendeta itu mengakui perbuatannya. Namun ternyata dia melakukan tindakan itu karena dulunya juga pernah menjadi korban.

Melalui film Spotlight ini kita diajak agar, jika ada tindakan kejahatan yang diduga telah terjadi, maka media lah yang harus bisa mengungkapkan kebenarannya. Bukan malah ikut menyembunyikan kejahatan tersebut untuk kepentingan golongan tertentu.

Setelah berita investigasi yang dilakukan oleh tim Spotlight diangkat ke publik, reaksi dari PR gereja itu sendiri sangat tidak masuk akal. Mereka memiliki PR yang sangat buruk. Dalam film ini, tim Spotlight mencoba menghubungi mereka, tetapi mereka menolak memberikan penjelasan. Mereka tak hanya mencobanya sekali. Tetapi beberapa kali. Satu kali, menjelang publikasi, mereka menghubungi Donna (salah satu PR Cardinal), saya mengatakan, “Donna, bagaimana jika saya email kamu pertanyaannya?”. Lalu dia menjawab, “Kami bahkan tak pernah ingin tahu apa pertanyaan Globe.”

Beberapa hari setelah laporan pertama terbit, Cardinal menggelar konferensi pers, dan mereka berbohong. Kami kemudian menulis dan membuktikan bahwa apa yang mereka katakan adalah kebohongan.

Dampak dari diangkatnya pemberitaan ini ke publik, juga dirasakan oleh The Boston Globe. Tidak lama setelah berita itu dibaca dan tersebat di publik, The Boston Globe mendapatkan telephon yang sangat banyak dari masyarakat, makin banyak pengaduan-pengaduan yang muncul dari masyarakat tentang kasus yang serupa. Tidak hanya itu, The Boston Globe juga mendapatkan informasi yang berlanjut dari masyarakat sehingga kasus ini semakin terbuka.

Dari film Spotlight ini dapat diambil kesimpulan bahwa, tugas jurnalistik dalam mengungkapkan kebenaran terhadap suatu kejahatan untuk publik benar-benar di junjung tinggi. Tim Spotlight melakukan berbagi cara untuk menemukan bukti yang kuat agar semuanya dapat diketahui kebenarannya. Tentunya dalam proses investigasi tersebut banyak sekali ditemukan rintangan dan halangan dari berbagai pihak, tapi untuk mendapatkan fakta dari suatu peristiwa tentunya para wartawan harus tetap berpedoman kepada nilai-nilai hukum jurnalis dan etika yang berlaku. Sehingga kebenaran yang disampaikan dari peristiwa yang terjadi dapat dipahami oleh semua pihak tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedai Wahidin, Tawarkan Cita Rasa Kopi Kawa di Ibu Kota Sambil Belajar Budaya

Pembajakan Hasil Karya Anak Negeri, di Negeri Sendiri

Dan Bandung Bagi Kami, Singkat tapi Berarti