Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

4. Dengan Mengikhlaskan, Luka Dapat Disembuhkan

         Alasan mengapa sebuah kehilangan terasa sangat menyakitkan karena kamu masih belum bisa mengikhlaskan. Dia yang memutuskan untuk beranjak dari hatimu sudah selayaknya dilepaskan. Menahan seseorang yang jelas-jelas sudah tak ingin bertahan hanya akan menambah kedalaman duka pada hatimu. Jalan satu-satunya agar hatimu bisa pulih secepatnya yaitu mengikhlaskan dan merelakan. Jika kamu bertanya apakah dua hal itu sudah kulakukan, tentu kamu tahu jawabannya. Sudah, tapi belum berhasil.             Berkali-kali diderai luka dan kecewa nyatanya tak benar-benar membuatku jera. Seseorang pernah berkata bahwa rasa sakit itu menguatkan. Memang menguatkan. Hingga aku sulit membedakan antara sakit yang harus dirasakan dan sakit yang harus dilepaskan. Perihal siapa yang berjuang dan yang diperjuangkan tak semestinya jadi perdebatan panjang yang tak ada ujungnya. Memang sudah seharusnya semua menjadi sel...

2. Sepi Tak Akan Membunuhmu Mati

       Pernah sepi menjadi satu hal yang paling kutakuti. Berharap tak akan kusentuh sama sekali, karena menurutku terlibat dalam sebuah kesepian membuat sedih jadi tergenapi. Tapi nyatanya sepi adalah satu hal yang harus dinikmati, satu hal yang tak akan membuatmu mati, dan satu hal yang harus kamu hargai. Karena sepi mengajarkanmu untuk lebih mencintai diri sendiri.             Bertahun-tahun kubiarkan diriku terbiasa untuk tidak berkenalan dengan sepi. Bahkan kamu juga tidak membiarkanku tersentuh sepi sekalipun. Tapi dengan sangat tiba-tiba kamu jatuhkan aku kepada sepi sedalam-dalamnya. Ini benar-benar membuatku pernah hampir gila se gila-gilanya. Untungnya, warasku masih ada, aku tak pernah benar-benar gila hanya karena sepi saja.             Tak munafik memang, benar pada awalnya aku hampir hilang dimakan kesepian. Tapi aku tak pernah membiark...

1. Pada Mulanya

Tulisan ini adalah tulisan pertama yang kembali ku tulis, setelah sekian lama aku menghentikan kegiatan yang selama ini adalah bagian dari hidupku. Aku pun lupa kapan terakhir aku memaki-maki segala hal dalam selembar kertas. Jika kamu bertanya apa alasanku berhenti menulis untuk waktu yang lama, mungkin aku tak menemukan jawabannya. Tapi, jika kamu bertanya apa alasan yang membuatku kembali menulis, jawabannya adalah; karena ada satu hal yang selama ini ku genggam, lepas setelah itu menghilang. Untungnya aku tidak lupa bagaimana cara bercerita dengan diri sendiri. Aku masih ingat bagaimana seharusnya menuangkan segala yang ada di hati hingga pikiran. Seharusnya aku minta maaf, karena sudah terlalu lama mengabaikan kata-kata yang padahal selama ini selalu menjadi tempat untuk menumpahkan segala rasa. Sekali lagi, aku minta maaf. Diawal tadi sudah ku katakan, bahwa aku menulis karena ada sesuatu yang hilang. Memang pada nyatanya, entah itu benda ataupun manusia. Baik itu ...